Angin malam menyapa rintikan air yang turun
Begitu mesra,
Membuat ia merasa nyaman hingga lupa waktu
Kepadanya ia ceritakan seluruh lara.
Rasa yang menggebu bersama dengan tetesan air dari
empunya
Seolah lara begitu menghancurkan seluruh kalbu
Kepadanya ia katakan,
Kepadanya ia ungkapkan.
Seakan hujan mengerti,
Hingga dia dengan gagahnya menemani.
Lara yang semakin malam tak terobati,
Hingga lelap membawanya pada kenyamanan serta menggiringnya
pada mimpi.
Mentari pagi tak terlihat,
Karena hujan tetap tinggal, bersama sisa irisan hati
semalam.
Pahit, selalu mengalirkan sebuah nama
Menggoreskan pilu dikala malam mencumbu
Seperti hujan menghapuskan luka,
Bahkan pengharapan
Tak tersisa sedikitpun,
Memulai dengan langkah yang baru
Bersama hati yang tak utuh, dan kini mulai tumbuh.
Yogyakarta, 27 Maret 2018
yanisa putri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar