Selasa, 27 Maret 2018

HUJAN


Angin malam menyapa rintikan air yang turun
Begitu mesra,
Membuat ia merasa nyaman hingga lupa waktu
Kepadanya ia ceritakan seluruh lara.

Rasa yang menggebu bersama dengan tetesan air dari empunya
Seolah lara begitu menghancurkan seluruh kalbu
Kepadanya ia katakan,
Kepadanya ia ungkapkan.

Seakan hujan mengerti,
Hingga dia dengan gagahnya menemani.
Lara yang semakin malam tak terobati,
Hingga lelap membawanya pada kenyamanan serta menggiringnya pada mimpi.

Mentari pagi tak terlihat,
Karena hujan tetap tinggal, bersama sisa irisan hati semalam.
Pahit, selalu mengalirkan sebuah nama
Menggoreskan pilu dikala malam mencumbu

Seperti hujan menghapuskan luka,
Bahkan pengharapan
Tak tersisa sedikitpun,
Memulai dengan langkah yang baru
Bersama hati yang tak utuh, dan kini mulai tumbuh.


Yogyakarta, 27 Maret 2018
yanisa putri.

Minggu, 25 Maret 2018

Amarah


Sedikitku berucap
Namun juga tak kau anggap
Salahkah diri ini
Yang selalu mengerti

Sebongkah kesabaranku hilang
Berganti dengan segenggam emosi
Semesta cintaku berkurang
Karna sikapmu yang melukai

Sempatku berderu
Karna kamu yang begitu
Gila aku jadinya
Hanya karena dia

Apakah memang salahku
Ataukah keadaan yang memaksamu
Tak sedikitpun tau
Apa yang ada di benakmu

Memangku begitu
Buat kau kesal cemburu
Hanya ingin kamu tau
Aku butuh perhatianmu

Saat amarah menyelimuti
Hati suci yang jadi kelam
Haripun seakan tak berganti
Yang ada hanya malam


*catatan yanisa putri 12 April 2013 dengan separuh hati yang kini tak utuh lagi.